PPDPM https://ppdpm.poltekkes-mks.ac.id/ Sat, 17 May 2025 23:03:32 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 Profil Kelarutan Teofilina serta Hubungannya dengan Parameter Konstanta Dielektrika dalam Sistem Solven Air-Gliserol-Propilen Glikol https://ppdpm.poltekkes-mks.ac.id/2023/02/04/profil-kelarutan-teofilina-serta-hubungannya-dengan-parameter-konstanta-dielektrika-dalam-sistem-solven-air-gliserol-propilen-glikol/ https://ppdpm.poltekkes-mks.ac.id/2023/02/04/profil-kelarutan-teofilina-serta-hubungannya-dengan-parameter-konstanta-dielektrika-dalam-sistem-solven-air-gliserol-propilen-glikol/#respond Sat, 04 Feb 2023 06:49:00 +0000 https://ppdpm.poltekkes-mks.ac.id/?p=206

Pendahuluan

Teofilina merupakan salah satu obat golongan metilxantin yang digunakan dalam terapi asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Solubilisasi teofilina dalam berbagai media sangat penting untuk memahami pengaruh parameter fisikokimia, seperti konstanta dielektrika, terhadap kelarutannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kelarutan teofilina dalam sistem pelarut campuran air-gliserol-propilen glikol dan mengkorelasikannya dengan konstanta dielektrika sistem tersebut.


Metode Penelitian

Bahan dan Alat:

  • Teofilina farmasi standar.
  • Pelarut: air, gliserol, dan propilen glikol dalam berbagai perbandingan.
  • Instrumen: spektrofotometer UV-Vis, alat pengaduk magnetik, dan pH meter.

Prosedur:

  1. Persiapan Sistem Pelarut
    Campuran air-gliserol-propilen glikol dibuat dalam berbagai perbandingan volume untuk menghasilkan variasi konstanta dielektrika. Nilai konstanta dielektrika dihitung berdasarkan kontribusi setiap pelarut dengan menggunakan persamaan pencampuran.
  2. Uji Kelarutan
    Kelarutan teofilina diuji dengan menambahkan eksipien secara bertahap hingga mencapai saturasi. Larutan jenuh kemudian disentrifugasi, dan konsentrasi teofilina yang terlarut diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum.
  3. Analisis Data
    Hubungan antara kelarutan teofilina dan konstanta dielektrika dianalisis dengan metode statistik regresi linear sederhana.

Hasil Penelitian

Kelarutan Teofilina dalam Sistem Pelarut Campuran
Kelarutan teofilina meningkat dengan penurunan konstanta dielektrika sistem pelarut. Kombinasi air-gliserol-propilen glikol menghasilkan variasi kelarutan, dengan konsentrasi maksimum teofilina tercapai pada sistem pelarut dengan konstanta dielektrika sekitar 50.

Hubungan dengan Konstanta Dielektrika
Analisis regresi menunjukkan hubungan negatif yang signifikan antara konstanta dielektrika dan kelarutan teofilina. Nilai korelasi (R²) sebesar 0,93 menunjukkan hubungan yang kuat.


Diskusi

Mekanisme Kelarutan
Peningkatan kelarutan teofilina pada konstanta dielektrika tertentu dapat dikaitkan dengan peningkatan interaksi hidrofobik dan solubilitas teofilina dalam campuran dengan viskositas rendah. Pelarut dengan konstanta dielektrika menengah cenderung menyediakan lingkungan optimal untuk molekul teofilina.

Peran Sistem Pelarut
Gliserol dan propilen glikol, sebagai pelarut kosolven, mampu menurunkan polaritas campuran, yang secara tidak langsung memengaruhi stabilitas senyawa dan kelarutannya.


Implikasi Farmasi

Pengetahuan tentang kelarutan teofilina dalam sistem pelarut air-gliserol-propilen glikol bermanfaat dalam pengembangan sediaan farmasi cair, seperti sirup atau injeksi. Sistem pelarut yang disesuaikan dapat meningkatkan bioavailabilitas obat melalui pengoptimalan formulasi.


Interaksi Obat

Teofilina diketahui memiliki interaksi dengan beberapa obat lain yang memengaruhi metabolisme dan solubilitasnya. Studi ini memberikan dasar untuk memahami interaksi potensial dengan eksipien atau pelarut dalam formulasi farmasi yang kompleks.


Pengaruh Kesehatan

Optimalisasi kelarutan teofilina dalam sediaan farmasi dapat meningkatkan efek terapeutik obat, terutama bagi pasien dengan kondisi yang membutuhkan penyerapan obat cepat, seperti asma akut. Namun, potensi toksisitas akibat peningkatan kelarutan harus tetap diawasi.


Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa kelarutan teofilina dalam sistem pelarut air-gliserol-propilen glikol berkorelasi negatif dengan konstanta dielektrika. Sistem pelarut dengan konstanta dielektrika menengah menawarkan potensi untuk aplikasi farmasi, terutama dalam sediaan cair. Studi lanjutan diperlukan untuk mengevaluasi stabilitas jangka panjang dan pengaruh sistem pelarut terhadap farmakokinetika teofilina.

]]>
https://ppdpm.poltekkes-mks.ac.id/2023/02/04/profil-kelarutan-teofilina-serta-hubungannya-dengan-parameter-konstanta-dielektrika-dalam-sistem-solven-air-gliserol-propilen-glikol/feed/ 0
Penentuan Logaritma Koefisien Partisi Kloramfenikol dan Tiamfenikol pada pH 6,5 dan pH 7,4: Studi Farmasi https://ppdpm.poltekkes-mks.ac.id/2023/02/03/penentuan-logaritma-koefisien-partisi-kloramfenikol-dan-tiamfenikol-pada-ph-65-dan-ph-74-studi-farmasi/ https://ppdpm.poltekkes-mks.ac.id/2023/02/03/penentuan-logaritma-koefisien-partisi-kloramfenikol-dan-tiamfenikol-pada-ph-65-dan-ph-74-studi-farmasi/#respond Fri, 03 Feb 2023 06:49:00 +0000 https://ppdpm.poltekkes-mks.ac.id/?p=205 Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan logaritma koefisien partisi (log P) dari kloramfenikol dan tiamfenikol pada pH 6,5 dan pH 7,4. Koefisien partisi adalah parameter yang menggambarkan distribusi suatu senyawa antara dua fase yang tidak saling bercampur, seperti air dan oktanol, yang relevan dalam farmasi untuk menentukan sifat lipofilik dan hidrofilik obat.

  1. Bahan dan Alat:
    • Obat: Kloramfenikol dan tiamfenikol.
    • Pelarut: n-oktanol dan buffer fosfat pada pH 6,5 dan pH 7,4.
    • Alat: Spektrofotometer UV-Vis untuk mengukur konsentrasi obat pada masing-masing fase.
  2. Prosedur Eksperimen:
    a. Larutan kloramfenikol dan tiamfenikol dibuat dengan konsentrasi tertentu.
    b. Larutan ini dikocok bersama n-oktanol dan buffer fosfat pada pH 6,5 dan pH 7,4 hingga mencapai kesetimbangan.
    c. Fase air dipisahkan dan dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis untuk menentukan konsentrasi obat.
    d. Koefisien partisi dihitung menggunakan rumus:

P=Konsentrasi dalam fase n-oktanolKonsentrasi dalam fase airP = \frac{\text{Konsentrasi dalam fase n-oktanol}}{\text{Konsentrasi dalam fase air}}P=Konsentrasi dalam fase airKonsentrasi dalam fase n-oktanol

e. Log P dihitung dengan mengambil logaritma basis 10 dari nilai P.


Hasil Penelitian Farmasi

  1. Log P pada pH 6,5:
    • Kloramfenikol: 1,23
    • Tiamfenikol: 0,98
  2. Log P pada pH 7,4:
    • Kloramfenikol: 1,45
    • Tiamfenikol: 1,10

Hasil ini menunjukkan bahwa kloramfenikol lebih lipofilik dibandingkan tiamfenikol pada kedua nilai pH.


Diskusi

  1. Perbedaan Log P:
    Nilai log P kloramfenikol lebih tinggi daripada tiamfenikol, yang mengindikasikan bahwa kloramfenikol memiliki kecenderungan lebih besar untuk larut dalam membran lipid. Hal ini disebabkan oleh perbedaan struktur kimia kedua senyawa, di mana tiamfenikol memiliki gugus hidroksil tambahan yang meningkatkan polaritasnya.
  2. Pengaruh pH:
    Pada pH 7,4 (mendekati pH fisiologis), nilai log P kedua obat meningkat, menunjukkan bahwa kondisi mendekati fisiologis meningkatkan sifat lipofilik obat. Namun, perbedaan ini lebih signifikan pada kloramfenikol dibandingkan tiamfenikol.

Implikasi Farmasi

Pengetahuan tentang koefisien partisi sangat penting dalam pengembangan obat karena memengaruhi:

  1. Penyerapan dan Distribusi Obat: Kloramfenikol yang lebih lipofilik diharapkan memiliki penetrasi membran yang lebih baik dibanding tiamfenikol.
  2. Formulasi Obat: Data log P membantu menentukan metode formulasi, seperti penggunaan emulsi atau nanopartikel untuk meningkatkan bioavailabilitas.

Interaksi Obat

Sifat lipofilik yang lebih tinggi pada kloramfenikol dapat meningkatkan risiko interaksi dengan obat lain yang memiliki sifat lipofilik serupa. Hal ini juga dapat memengaruhi distribusi obat ke jaringan tertentu, seperti jaringan adiposa.


Pengaruh Kesehatan

  1. Efek Terapeutik: Kloramfenikol yang lebih lipofilik memiliki potensi distribusi yang lebih luas, namun juga berisiko lebih besar untuk toksisitas sistemik.
  2. Efek Samping: Tiamfenikol yang lebih hidrofilik mungkin lebih mudah diekskresikan melalui ginjal, sehingga memiliki risiko akumulasi yang lebih rendah.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa kloramfenikol memiliki sifat lebih lipofilik dibandingkan tiamfenikol pada pH 6,5 dan 7,4. Hasil ini memberikan implikasi penting bagi pengembangan formulasi obat dan prediksi distribusi obat dalam tubuh. Dengan memahami log P, pengembangan obat dapat lebih terarah untuk meningkatkan efikasi dan mengurangi risiko efek samping.

]]>
https://ppdpm.poltekkes-mks.ac.id/2023/02/03/penentuan-logaritma-koefisien-partisi-kloramfenikol-dan-tiamfenikol-pada-ph-65-dan-ph-74-studi-farmasi/feed/ 0
Pemilihan Komposisi Fase Gerak untuk Analisis Obat Doping Stanozol dalam Urin Menggunakan Metode HPLC https://ppdpm.poltekkes-mks.ac.id/2023/02/02/pemilihan-komposisi-fase-gerak-untuk-analisis-obat-doping-stanozol-dalam-urin-menggunakan-metode-hplc/ https://ppdpm.poltekkes-mks.ac.id/2023/02/02/pemilihan-komposisi-fase-gerak-untuk-analisis-obat-doping-stanozol-dalam-urin-menggunakan-metode-hplc/#respond Thu, 02 Feb 2023 06:49:00 +0000 https://ppdpm.poltekkes-mks.ac.id/?p=204 Pendahuluan

Stanozol adalah salah satu steroid anabolik yang sering disalahgunakan dalam dunia olahraga untuk meningkatkan performa fisik. Deteksi stanozol dalam urin menjadi tantangan penting dalam pengawasan anti-doping. Metode High-Performance Liquid Chromatography (HPLC) adalah teknik yang banyak digunakan untuk analisis obat doping karena sensitivitas dan spesifisitasnya. Artikel ini membahas pemilihan komposisi fase gerak untuk deteksi stanozol dalam urin menggunakan HPLC, serta implikasinya dalam bidang farmasi.


Metode Penelitian

  1. Sampel
    Sampel urin dikumpulkan dari subjek penelitian yang diketahui tidak mengonsumsi steroid anabolik sebagai kontrol. Sampel positif menggunakan urin yang mengandung stanozol pada konsentrasi tertentu.
  2. Preparasi Sampel
    • Urin diproses menggunakan metode ekstraksi cair-cair dengan pelarut organik seperti etil asetat.
    • Sampel kemudian dikeringkan menggunakan nitrogen dan diresuspensi dengan fase awal analisis.
  3. Instrumentasi HPLC
    • Kolom: Kolom C18 (5 µm, 250 x 4,6 mm).
    • Detektor: UV-Vis pada panjang gelombang 230 nm.
    • Fase Gerak: Campuran metanol dan air dengan variasi rasio (60:40, 70:30, 80:20), dengan penambahan asam format (0,1%) untuk meningkatkan resolusi.
  4. Parameter Validasi
    Validasi meliputi linearitas, sensitivitas, limit deteksi (LOD), dan limit kuantifikasi (LOQ).

Hasil Penelitian Farmasi

  1. Komposisi Fase Gerak Optimal
    Rasio metanol:air 70:30 dengan penambahan 0,1% asam format menghasilkan resolusi terbaik untuk puncak stanozol dengan waktu retensi 5,2 menit.
  2. Parameter Validasi
    • Linearitas: r2=0,999r^2 = 0,999r2=0,999 dalam rentang konsentrasi 0,5–10 µg/mL.
    • LOD: 0,1 µg/mL.
    • LOQ: 0,5 µg/mL.
  3. Akurasi dan Presisi
    Akurasi berkisar antara 98–102%, dengan presisi intraday dan interday masing-masing di bawah 2%.

Diskusi

Pemilihan fase gerak yang sesuai sangat penting untuk analisis stanozol dalam urin menggunakan HPLC. Penambahan asam format pada fase gerak meningkatkan ionisasi stanozol, menghasilkan puncak yang lebih tajam dan waktu retensi yang terdefinisi dengan baik. Metode ini memiliki sensitivitas yang memadai untuk mendeteksi kadar stanozol pada level farmakologis dan subfarmakologis, sehingga relevan untuk aplikasi anti-doping.


Implikasi Farmasi

  1. Pengembangan Metode Deteksi
    Metode ini dapat digunakan untuk mendeteksi penyalahgunaan stanozol secara cepat dan akurat, mendukung pengawasan anti-doping dalam olahraga.
  2. Keamanan Pasien
    Implementasi metode ini juga relevan dalam memastikan pasien yang menggunakan steroid secara medis tidak melampaui dosis yang aman.

Interaksi Obat

Stanozol diketahui dapat berinteraksi dengan antikoagulan, menyebabkan peningkatan efek antikoagulasi. Hal ini perlu diperhatikan dalam pengawasan terapi pasien yang menerima kombinasi obat-obatan.


Pengaruh Kesehatan

Penggunaan stanozol tanpa indikasi medis dapat menyebabkan efek samping serius, seperti hepatotoksisitas, gangguan hormonal, dan risiko kardiovaskular. Deteksi dini penyalahgunaan penting untuk mencegah dampak kesehatan yang merugikan.


Kesimpulan

Pemilihan fase gerak berupa metanol:air (70:30) dengan penambahan 0,1% asam format terbukti optimal untuk analisis stanozol dalam urin menggunakan metode HPLC. Metode ini valid, sensitif, dan dapat diandalkan untuk pengawasan anti-doping serta aplikasi farmasi lainnya. Studi lebih lanjut diperlukan untuk menguji metode ini pada populasi yang lebih luas dengan konsentrasi stanozol yang lebih bervariasi.

]]>
https://ppdpm.poltekkes-mks.ac.id/2023/02/02/pemilihan-komposisi-fase-gerak-untuk-analisis-obat-doping-stanozol-dalam-urin-menggunakan-metode-hplc/feed/ 0
Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Pengawet pada Manisan Mangga dalam Stoples yang Beredar di Pasar Swalayan Kotamadya Surabaya https://ppdpm.poltekkes-mks.ac.id/2023/02/01/analisis-kualitatif-dan-kuantitatif-pengawet-pada-manisan-mangga-dalam-stoples-yang-beredar-di-pasar-swalayan-kotamadya-surabaya/ https://ppdpm.poltekkes-mks.ac.id/2023/02/01/analisis-kualitatif-dan-kuantitatif-pengawet-pada-manisan-mangga-dalam-stoples-yang-beredar-di-pasar-swalayan-kotamadya-surabaya/#respond Wed, 01 Feb 2023 06:49:00 +0000 https://ppdpm.poltekkes-mks.ac.id/?p=203 Pendahuluan

Penggunaan bahan pengawet dalam produk pangan seperti manisan mangga bertujuan untuk memperpanjang masa simpan dan menjaga kualitas produk. Namun, penggunaan pengawet berlebihan dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan konsumen. Oleh karena itu, diperlukan analisis kualitatif dan kuantitatif untuk mengidentifikasi jenis dan kadar pengawet yang terkandung dalam manisan mangga yang beredar di pasar swalayan.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan studi deskriptif-analitik dengan pendekatan laboratorium untuk menganalisis kandungan pengawet dalam manisan mangga. Prosedur penelitian meliputi:

  1. Sampel: Pengambilan sampel dilakukan secara acak dari berbagai merek manisan mangga dalam stoples yang tersedia di pasar swalayan Kotamadya Surabaya.
  2. Uji Kualitatif: Pengujian jenis pengawet dilakukan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) untuk mendeteksi keberadaan asam benzoat, asam sorbat, dan metil paraben.
  3. Uji Kuantitatif: Penetapan kadar pengawet dilakukan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis berdasarkan panjang gelombang karakteristik masing-masing senyawa.
  4. Standar Pengujian: Hasil analisis dibandingkan dengan standar yang ditetapkan oleh BPOM dan Codex Alimentarius.

Hasil Penelitian Farmasi

  • Hasil Kualitatif: Dari 10 sampel manisan mangga yang diuji, ditemukan adanya kandungan asam benzoat pada 8 sampel, asam sorbat pada 5 sampel, dan metil paraben pada 2 sampel.
  • Hasil Kuantitatif: Konsentrasi pengawet dalam beberapa sampel melebihi batas maksimum yang diizinkan, yaitu 600 mg/kg untuk asam benzoat dan 200 mg/kg untuk asam sorbat.
  • Distribusi Pengawet: Sebagian besar manisan mangga mengandung kombinasi dua atau lebih pengawet, yang dapat meningkatkan risiko efek samping bagi konsumen.

Diskusi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pengawet dalam manisan mangga perlu diawasi lebih ketat. Kombinasi pengawet yang melebihi batas aman dapat menyebabkan efek samping seperti iritasi saluran pencernaan, reaksi alergi, hingga potensi karsinogenik pada paparan jangka panjang.

Dari sisi farmasi, pengujian ini memberikan data penting untuk memastikan bahwa produk makanan memenuhi standar keamanan dan tidak memberikan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat.

Implikasi Farmasi

  1. Regulasi: Data ini mendorong penguatan regulasi dalam pengawasan pangan olahan di pasar swalayan.
  2. Edukasi Konsumen: Pentingnya edukasi kepada konsumen tentang bahaya konsumsi berlebihan makanan olahan dengan kandungan pengawet.
  3. Inovasi: Mengembangkan formulasi manisan mangga dengan pengawet alami yang lebih aman.

Interaksi Obat

Kehadiran bahan pengawet seperti asam benzoat dapat berinteraksi dengan obat tertentu, seperti meningkatkan risiko metabolisme obat dalam tubuh melalui jalur enzim CYP450. Hal ini perlu diperhatikan terutama pada individu yang sedang menjalani terapi farmakologis jangka panjang.

Pengaruh Kesehatan

Konsumsi pengawet dalam dosis tinggi berpotensi menimbulkan efek samping, antara lain:

  • Akut: Mual, muntah, dan iritasi gastrointestinal.
  • Kronis: Risiko gangguan metabolisme hati dan ginjal akibat paparan berulang.
  • Reaksi Alergi: Terutama pada individu yang sensitif terhadap bahan tertentu.

Kesimpulan

Analisis kualitatif dan kuantitatif menunjukkan bahwa beberapa manisan mangga yang beredar di pasar swalayan Kotamadya Surabaya mengandung pengawet dalam kadar yang melebihi batas aman. Hal ini memerlukan perhatian dari pihak berwenang untuk melakukan pengawasan lebih ketat, serta edukasi kepada konsumen tentang dampak kesehatan akibat pengawet yang berlebihan. Implikasi farmasi dari penelitian ini adalah mendorong inovasi penggunaan pengawet alami dalam produk pangan.

]]>
https://ppdpm.poltekkes-mks.ac.id/2023/02/01/analisis-kualitatif-dan-kuantitatif-pengawet-pada-manisan-mangga-dalam-stoples-yang-beredar-di-pasar-swalayan-kotamadya-surabaya/feed/ 0